Profil : Ati’ Saidatul Ula
GAGAL meraih medali pada PON 2016 di Jabar, ternyata tidak membuat atlet wushu Salatiga Ati Saidatul Ula ini berkecil hati atau patah semangat. Justru, wanita kelahiran 10 Juli 1994 ini terlecut semangat untuk bisa tampil lagi di PON mendatang sekaligus mempersembahkan medali untuk Jateng. ”Di PON 2016 itu saya memang tidak mendapatkan medali tetapi terpenting mendapatkan pengalaman. Ke depan saya ingin berlatih keras lagi agar bisa mempersembahkan yang terbaik untuk Salatiga dan Jawa Tengah,” kata alumnus IAIN Salatiga ini.
Bisa tampil di PON bagi wanita yang tinggal Jalan Raden Rahmad Kalibening Salatiga ini sudah merupakan kembanggaan tersendiri. Paling tidak, wanita berjilbab ini merasa atlet pilihan se-Jateng. ”Konsentrasi terdekat tentunya menghadapi babak kualifikasi Porprov tahun ini. Target tentu lolos dan bisa meraih emas Porprov 2018,” kata spesialisasi nomor taolu (seni jurus wushu) ini. Pada Porprov 2013 di Banyumas, wanita lajang ini meraih perak.
Karenanya tekad kuat di dadanya saat ini adalah bisa meraih emas. Saat ini latihan rutin dilakukan setiap hari guna meraih ambisi itu. Ditanya mengenai ketertarikannya terhadap olahraga asli China ini, almunus komunitas belajar SPPQT K a l i b e n i n g Salatiga ini, mengaku dari dulu dirinya suka suka gerak. Kemudian ingin ikut bela diri, yang akhirnya oleh guru komunitas belajarnya itu diarahkan ke wushu. ”Waktu itu saya masih kelas 3 SMP. Saya pernah mencoba berbagai macam bela diri tetapi ternyata jatuh cinta ke wushu. Saya tertarik ke seninya (taolu) karena gerakannya yang indah dan jurusnya yang bermacam-macam,” jelasnya.
Meski berhijab, tetapi wanita ramah ini mengaku pakaiannya itu tidak menghalanginya untuk menjadi atlet wushu. Ia merasa jilbab (hijab) adalah identitasnya sebagai muslimah.
Sumber: Suara Merdeka (Kamis, 12 Januari 2017)