SALATIGA – KLUB Atletik legendaris Salatiga Dragon hingga kini masih eksis membina olahraga atletik. Tak kurang 30 anak dari berbagai usia berlatih di stadion kridanggo Salatiga, markas sekaligus tempat latihan klub ini.
Klub Dragon telah ditinggal pendirinya, Yon Daryono, yang berpulang pada awal Februari 2020. Kini estafet kepelatihan dan pengelolaan klub ini ditangani anaknya, Lusia Cahyasari (45) yang dibantu suaminya, Nuramin. Latihan setiap hari dilakukan sebagai bentuk eksistensi klub ini.
Lusia cahyasari bertekad mengembalikan kejayaan atletik yang dirintis ayahnya Yon Daryono.Saat ini, klub yang berdiri pada awal 1980-an ini membina sekitar 30 atlet dari usia 12 – 22 tahun.
“Saya sekarang yang meneruskan pembinaan di klub Dragon. Saat ini ada sekitar 30 anak yang aktif latihan. Kami bertekad bisa meneruskan kejayaan klub Dragon seperti pesan ayah” kata Lusia saat ditemui latihan di stadion Kridanggo.
Yon Daryono telah mengharumkan nama Salatiga bahkan Indonesia melalui Prestasi – Prestasi yang dihasilkan dari anak didiknya di cabang olahraga atletik. Yon sudah mencetak atlet sekaliber Asia seperti Suryati juara marathon Asia, Heny Melon (Juara Asia lari 1.500 m), Rumini Sudragni, Erni Ulatiningsih dan lainnya.
Prestasi ini tentunya menjadi tantangan Lusi sebagai pemenang estafet kepelatihan. Diakuinya, memang tantangan sekarang lebih berat dalam membina atlet. Ini tak lepas dari budaya dan semangat anak sekarang yang cenderung berkurang karena pengaruh teknologi seperti telepon pintar. Sehingga, anak – anak lebih di sibukkan bermain gadget di saat waktu luang dari pada latihan olahraga termasuk atletik.
Karenanya, Lusi akan terus bekrja keras untuk menanamkan kedisiplinan anak. Ketika latihan, semua atlet dilarang membawa ponsel. Ia optimism dengan kedisiplinan dan semangat anak – anak itu, mereka akan berprestasi di masa datang.
Lusia menyebut, sudah banyak atletnya yang berprestasi di tingkat Jateng dan nasional. Seperti pada kejurda kelompok umur pada Mei Lalu, menyumbangkan tiga emas dan satu perak untuk kontingan PASI Salatiga. Ia optimistis ke depan para atlet binaannya mampu berbicara banyak di kancah nasional bahkan internasional.
Lusi mengakui, pendanaan klub masih menjadi kendala. Semua dana yang dikeluarkan untuk kelangsungan klub selama ini dari dana pribadi. Tetapi ia lakukan dengan ikhlas dan para atlet tidak dipungut biaya.